Selasa, 19 Mei 2009

Refleksi Pendidikan Indonesia

Refleksi Pendidikan Indonesia


Bila kita mencoba flash back ke belakang, bagaimana pondasi visi dan misi pendidikan Indonesia diletakkan oleh para pencetus pendidikan Indonesia, tentu sebagai insan berpendidikan, kita seharusnya bersedih hati. Kita seharusnya nelongso. Sebab sudah kisaran abad, visi dan misi yang dicitakan oleh para pencetus pendidikan belum kesentuh sama sekali.

Ada tiga point krusial yang sudah seharusnya pendidikan kita -pendidikan Indonesia di berbagai tingkat satuan pendidikan, capai yakni WAR -writing, Arithmatic dan yang terahir adalah reading.

Kita sadar betul, tanpa skil yang memadai dalam tiga aspek krusial di atas, rasanya mustahil dunia pendidikan kita beranjak dari keterpurukan kualitas out-put.

Yang lebih menyedihkan lagi adalah, perkembangan yang luar biasa pada sektor industri menuntut kompetensi tersendiri dari out-put out-put pendidikan.

Kondisi inilah yang menyebabkan pendidikan selalu dipandang sebagai wahana pemborosan, tempat untuk bergaya dan bukan sebagai tempat untuk memoles diri guna mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dunia industri. Menyedihkan memang.

Tantangan inilah yang harus tuntaskan oleh lembaga pendidikan. Apalagi pendidikan yang berbasis skil seperti SMK ataupun STM. SMA pun seharusnya berbenah diri untuk mempersiapkan out-put out-putnya untuk berkarya dalam dunia kerja dan bukan sebagai out-put out-put yang siap untuk melanjutkan pendidikannya.

SMA siap membuktikan...?!

Sabtu, 2009 April 18

Pendidikan Anak Tugas dan Tanggung Jawab Siapa

Pendidikan Anak Tugas dan Tanggung Jawab Siapa?


Di lihat dari segi tanggung jawab, orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua, orang yang pertama kali dijumpai anak adalah orang tuanya, jadi secara tidak langsung ayah dan ibu adalah guru pertama bagi anak, disadari atau tidak oleh orang tua itu sendiri.

Seharusnya disaat para orang tua menanti kelahiran anaknya bahkan jauh sebelum itu, di saat merencanakan sebuah pernikahan mereka sudah merancang bagai mana pola asuh dan metode apa yang akan digunakan untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya kelak. Ibarat seorang calon guru yang sedang kuliah mempelajari tentang seluk beluk menjadi seorang pendidik.

Kenyataan yang terlihat dikehidupan yang serba canggih dan serba materi ini, hal yang paling dikhawatirkan para orang tua bukan masalah pendidikan tapi masalah uang. Di saat anak lahir kedunia ini yang jadi pikirkan orang tua (kebanyakan), apakah nanti ada uang untuk beli susu anak?,apakah nanti bisa membahagiakan anak dengan membelikan apa yang dimintanya?

Bukankah Allah SWT sudah memberikan anugerah yang tak ternilai pada setiap ibu dengan memberikan ASI? Kenapa harus memikirkan uang untuk beli susu? Sesuatu yang tidak perlu dipikirkankan kok dipikirkan, di saat Allah memutuskan memberi rezeki seorang anak berarti Allah sudah mengatur juga rezeki untuknya.

Sementara hal yang paling urgen terlupakan, apakah kita sudah berpikir, akan menjadi apa anak ini nanti?, sanggupkah saya menjadi orang tua yang baik?, berhasilkah saya mengemban amanah yang sangat berat ini?, karena anak adalah amanah dari Allah yang harus dijaga, dipelihara dan dibimbing agar kelak bisa mempertanggung jawabkannya pada sang pencipta.

Saat yang paling membahagiakan hidup seorang anak adalah ketika mereka mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka. Bukan hidup dengan berlimpahan materi, bukan dengan memanjakan anak dengan memenuhi semua keinginannya. Intinya perhatian dan kasih sayang dari orang tua adalah kebahagiaan dimasa kecil yang tidak bisa diukur dan digantikan dengan apapun. Saya berani berkata seperti ini beranjak dari sebuah pengalaman dan fenomena yang ada dilingkungan. Bukan berarti materi itu tidak penting,materi itu hal yang sangat penting tapi, ada hal yang lebih penting yaitu pendidikan.

Dilihat di segi lingkungan yang punya tugas dan taunggung jawab masalah pendidikan anak setelah orang tua atau lingkungan keluarga adalah lingkungan sekolah dan masyarakat. Proses pendidikan itu bisa terjadi dalam tiga lingkungan (Tri Pusat Pendidikan istilah yang dipakai oleh ki hajar dewantara) yaitu : lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.

Setelah anak diberikan pendidikan dasar oleh orang tua, selanjutnya anak diserahkan pada sekolah secara formal. Di sekolah anak di didik dan dibimbing oleh seorang guru. Kalau dirumah orang tua dituntut dan diharuskan mampu menjadi guru pertama bagi anak, di sekolah seorang guru semestinya juga mampu menjadi orang tua kedua bagi anak. Antara orang tua dan guru harus mempunyai hubungan dan komunikasi yang baik demi tercapainya tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Sehingga anak bisa merasakan rumah seperti sekolah dan sekolah bagaikan rumah, karena dirumah anak bisa menemui sosok seorang ibu dan seorang guru. disekolahpun anak menemui dua sosok tersebut, kalau sudah begini saya yakin istilah Rumahku Sekolahku dan Sekolahku Rumahku, istilah yang pernah saya baca dalam beberapa buku, bisa dirasakan anak.

Selanjutnya yang punya tugas penting terhadap pendidikan sesuai dengan tri pusat pendidikan adalah lingkungan masyarakat, walaupun dilingkungan keluarga anak sudah didik dengan baik dan benar, disekolah mendapat bimbingan yang maksimal tapi kalau lingkungan tempat tinggal anak tidak mendukung hasilnya tidak akan maksimal.

Pengaruh lingkungan hidup, dalam hal ini masyarakat secara luas sangat besar pada kehidupan seorang anak. Karena anak harus berinteraksi dengan masyarakat disekeliling tempat tinggalnya. Jika ketiga unsur (keluarga,sekolah dan masyarakat) bisa bekeja sama Insya Allah akan lahir generasi muda yang kuat dan tangguh.

Tapi. para pembaca yang budiman, mungkinkah hal seperti ini di wujudkan? Mari kita Tanya diri kita masing-masing. Siapapun yang membaca tulisan ini yang peduli dan prihatin terhadap kondisi pendidikan anak bangsa. Tanyalah diri sendiri, apa yang bisa dilakukan dan sumbangkan untuk para generasi masa depan bangsa. Jangan kita saling menyalahkan satu sama lain, orang tua menyalahkan sekolah, sekolah juga menyalahkan orang tua sementara masyarakat masa bodoh dan merasa tak punya urusan. Kalau hal ini yang terjadi kita tidak akan keluar dari masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar